SEJARAH ISLAM KYAI HAJI AHMAD
RIFA’I
Rifa'iyah adalah sebuah Organisasi para santri
K.H. Ahmad Rifa'i Desa Kalisalak Kecamatan Limpung - Batang - Jawa Tengah - Indonesia.
Untuk lebih mengenal tentang Rifaiyah disini saya paparkan mengenai tokoh utama
Rifa'iyah yaitu Kyai Haji Ahmad Rifa'i. Saya mengutip tulisan ini dari buku
karangan
H. Ahmad Syadirin Amin yang berjudul "Pemikiran Kiai Haji Ahmad Rifai Tentang Rukun Islam Satu" Terbitan Jama'ah Masjid Baiturrahman Jakarta Pusat Tahun 1994/1415 H dengan harapan akan membantu anda mengenal siapa Kiai Haji Ahmad Rifai sehingga diketahui asal muasal Rifa'iyah. Sebelumnya Sebagai Tradisi K.H.Ahmad Rifa'i yang harus saya lestarikan adalah beliau selalu mengawali setiap tulisan beliau dengan bacaan Bismillah dan Hamdallah dan Solawat , setelah membaca Bismillah dan Hamdallah serta Solawat maka mari kita mulai membaca uraian dibawah ini.
H. Ahmad Syadirin Amin yang berjudul "Pemikiran Kiai Haji Ahmad Rifai Tentang Rukun Islam Satu" Terbitan Jama'ah Masjid Baiturrahman Jakarta Pusat Tahun 1994/1415 H dengan harapan akan membantu anda mengenal siapa Kiai Haji Ahmad Rifai sehingga diketahui asal muasal Rifa'iyah. Sebelumnya Sebagai Tradisi K.H.Ahmad Rifa'i yang harus saya lestarikan adalah beliau selalu mengawali setiap tulisan beliau dengan bacaan Bismillah dan Hamdallah dan Solawat , setelah membaca Bismillah dan Hamdallah serta Solawat maka mari kita mulai membaca uraian dibawah ini.
Daftar isi :
1. Biografi
1.1 Mencari ilmu ke Mekkah dan Mesir
2. Karya Tulis
2.1 Kitab - kitab yang disusun di pulau
Jawa
2.2 Kitab - Kitab , Surat Wasiat dan
Tanbih yang disusun di Ambon
Biografi
Kiai Haji Ahmad Rifai
dilahirkan pada 9 Muharam 1200 H atau 1786 di desa Tempuran Kabupaten Semarang
(saat itu) dari pasangan suami isteri K.H. Muhammad Marhum Bin Abi Sujak
Seorang Penghulu Landerad di Kendal dan Siti Rahmah, pada waktu usia Beliau
sekitar 6 tahun ayah Beliau wafat, sehingga Beliau mendapat sentuhan kasih
sayang dari seorang ayah dalam waktu yang singkat, yaitu selama 6 tahun. pada
usianya yang begitu muda itu (6 tahun) itu beliau (Ki Ahmad) sudah diasuh oleh
kakaknya yang bernama Nyai Rajiyah istri Kiai As'ari seoarang ulama pendiri dan
pengasuh Pondok Pesantren Kaliwungu.Di sinilah Syekhina belajar ilmu agama
kepada kiai As'ari dan diamalkan melalui dakwah lisan dan tulisan kepada rakyat
sekitarnya, sebelum sampai kesuksesannya menelurkan banyak karya ilmiah yang
sarat ilmu dan patriotisme serta cita-cita kemerdekaan yang justru
menghadirkannya pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan baginya dan bagi
kita (dampaknya sampai sekarang) yaitu: berpisah dengan keluarga dan menikmati
masa masa terakhir hidup dalam pengasingan meski sempat ada komunikasi lewat
surat-menyurat dengan Maufuro tetapi setelah ketahuan Belanda hubungan
benar-benar putus dan para murid semakin terpojok oleh isolasi Belanda,
kitab-kitab banyak disita Belanda dan sekarang cerita ini hanya diketahui oleh
beberapa orang saja bahkan keturunan syeikhina dijawa tidak diketahui, tanah
wakaf dijarah penduduk meski sebagian telah dibeli / dimerdekakan oleh para
Saudara Rifaiyah yang semoga dimuliakan Allah serta isu klasik yang menyerang
para muridnya ditambah tidak adanya regenarasi menjadikan kita minoritas kalah
kuantitas bahkan mungkin kualitas.Beliau hidup dipengasingan sampai ajalnya
menjemputnya di Ambon pada Kamis 25 Robiul Akhir 1286 H (usia 86 tahun), ada
riwayat lain yang mengatakan beliau wafat pada 1292 H (92 tahun, semoga yang
ini benar, karena itu berarti beliau panjang umur) di kampung Jawa Tondano
Kabupaten Minahasa, Manado Sulawesi Utara dan dimakamkan di komplek makam
pahlawan Kiai Modjo di sebuah bukit yang terletak kurang lebih 1 km dari
kampung Jawa Tondano (Jaton).
MENCARI ILMU KE MEKKAH DAN
MESIR
Setelah beberapa kali keluar
masuk penjara Kendal dan Semarang karena dakwahnya tegas, dalam usia 30 tahun,
Ahmad Rifai berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, ke Madinah ziarah
Makam Rosululloh SAW dan memperdalam ilmu di sana selama 8 tahun. Dan kemudian
di Mesir selama 12 tahun. Di Haramain (Mekkah dan Madinah) ia berguru kepada
Syaikh Abdul Aziz Al Habsyi, Syaikh Ahmad Ustman dan Syaikh Isa Al -Barawi.
Sedang di Mesir ia berguru pada Syaikh Ibrahim Al Bajuri dan kawan-kawan.Pulang
ke Kendal menjelang kembali ke kampung halaman di Kendal, Kiai Haji Ahmad Rifai
bertemu dengan ulama-ulama Indonesia di Mekkah , Nawawi dari Banten, Muhammmad
Khallil dari Madura dan teman yang lain. Dalam pertemuan itu, mereka mengadakan
musyawarah untuk memikirkan nasib umat di Indonesia yang sedang terbelenggu
oleh takhayul, kufarat dan mistis. Bahkan bangsa Indonesia sedang dalam
cengkeraman Belanda. Hasil musyawarah yang mereka sepakati bersama, mengadakan
pembaharuan dan pemurnian islam lewat pengajian, diskusi, dialog dan
penerjemahan kitab-kitab bahasa Arab ke bahasa Jawa (Jarwa'ake!).Isi dalam
karya diutamakan membahas ilmu pokok yaitu Aqidah Islamiah Ibadah - Muammalah
dan Akhlak. Kiai Nawawi mengemban tugas menyusun kitab Aqidah, Ahmad Rifai
Fiqih dan Muhammad Khallil menyusun Tasawuf. Pada tahun 1254 H Haji Ahmad Rifai
telah selesai menyusun kitab Nasihatul Awam di Kalisalak Batang Pekalongan.
Nawawi menetap di Banten dan Khllil di Madura.
Bagi Syekh Nawawi , karena
keadaan pada waktu itu masih di bawah jajahan Belanda, dan setiap gerak-gerik
ulama selalu diawasi, termasuk kegiatan Nawawi, ia terpaksa kembali ke Mekkah
untuk mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada mahasiswa yang berdatangan ke sana
dari berbagai negara.Di Mekkah, ia tinggal disebuah perkampungan Syi'ib Ali
sampai wafatnya. Muhammad Khallil memimpin pesantren dan sebagai guru tarekat
muktabarah di Bangkalan Madura sampai akhir hayatnya. Sedang Ahmad Rifai
sebelum hijrah ke Kalisalak, Haji Ahmad Rifai pulang ke desa Tempuran Kendal
ingin melepas rindu dengan keluarga.
Namun Tuhan menghendaki lain, istri yang
diharapkan bisa memberi semangat dalam perjuangan, telah tiada.Meskipun
demikian, semangat Syeikhina dalam menegakkan kebenaran mengalahkan kebatilan
tidak menjadi surut. Tidak lama setelah pulang dari Mekkah, beliau tidak
diperkenankan tinggal di Kendal karena Haji Ahmad Rifai selalu mengkritik elit
e agama ,birokrasi Belanda dan Masyarakat yang berkolaborasi dengan kolonial
Belanda. Karena Menurut Syaikhina Belanda adalah kafir. Strategi Dakwah
Pesantren Kaliwungu Kendal adalah sebuah pemondokan para santri dari berbagai
daerah belajar mengaji kitab salaf kepada seorang kiai asli keturunan Keraton
Yogyakarta Kiai Asy'ari namanya kakak ipar Syeikhina, suami Nyai Rajiyah (kakak
perempuan Syeikhina).Di pesantren inilah Syeikhina dibesarkan dan memperoleh
pendidikan dan pembinaan dari Kiai Asy'ari, setelah tumbuh menjadi pemuda dan
dianggap cukup pengetahuan ilmu agamanya, Kiai Ahmad Rifai terjun ke dunia
dakwah di Kendal, Wonosobo bahkan Pekalongan, di Kendal ia mendirikan pengajian
dan menghimpun parasantri yang datang dari berbagai daerah, sehingga menjadi
kelompok pengajian yang besar.Keberhasilan Kiai Ahmad Rifai ini karena dakwah
dan pengajiannya sangat menarik sebelum kegiatannya diketahui oleh pemerintah
kafir kolonial setempat, Ahmad Rifai Kiai keturunan Kraton Yogyakarta ini telah
berhasil menggalang kekuatan barangkali belum pernah dimiliki kiai-kiai lain.
Sehingga pada saat ia diasingkan dari Kendal kemudian atas inisiatif sendiri
menetap di Kalisalak , Kiai Ahmad Rifai sudah punya jaringan luas untuk
mengembangkan ajarannya. Strategi dakwah yang dikembangkan kiai Ahmad Rifai
saat itu antara lain: menghimpun anak-anak muda untuk dipersiapkan kelak
menjadi kader-kader dakwah, karena pemuda adalah harapan keluarga dan
masyarakat.
Di tangan pemudalah urusan
umat dan dalam derap langkah pemudalah hidupnya umat. Sekarang pemuda, esok
pemimpin. Pemuda Qahar dan Maufuro adalah bukti hasil pengaderannya.Menghimpun
kaum dewasa lelaki dan perempuan dari kaum petani, pedagang dan pegawai
pemerintah, dimaksudkan untuk memperkokoh strategi dakwah, penyokong utama
dalam segi finansial dan dewan harian pelaksanaan dakwah pengajiannya itu.
Mengunjungi sanak famili terdekat diajak bicara
tentang kondisi agama, politik dan sosial yang dimainkan oleh pemerintah
kolonialisme Belanda dengan membuktikan fakta-fakta yang ada dan langkah yang
akan ditempuh dengan dakwah dan pengajian, supaya memperoleh simpati keluarga.
Para santri dan murid dianjurkan kawin antar sesama murid atau murid dengan
anak guru, antar desa dan antar daerah dimaksudkan agar terjalin hubungan yang
mesra dan saling menumbuhkan kasih sayang dan dapat mengembangkan ilmunya
didaerah masing masing. Kiai Maufuro menikah dengan anaknya bernama Nyai
Fatimah alias Umroh.Pada hari-hari tertentu mengadakan kegiatan khuruj
berkunjung ke tempat lain yang miskin materi dan agama . Dengan kunjungan itu
diharapkan akan memperoleh respon dari masyarakat atau mungkin paling tidak
dapat membentengi pengaruh budaya barat yang merusak. Menghimpun kader-kader
muslim terdiri dari santri dan murid dari berbagai daerah kemudian dijadikan
mubalig untuk diterjunkan ke berbagai pelosok guna memberi dan menyampaikan
dakwah ketengah masyarakat.
Mendatangi masjid-masjid untuk
memperbaruhi arah salat ke arah menghadap kiblat. Masyarakatnya, disarankan
agar tidak menaati pemerintah kolonial, Belanda di Indonesia telah merusak
kepribadian dan kebudayaan bangsa.Menerjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab
dengan kitab berbahasa Jawa yang mudah dipahami dan diamalkan dengan model
karangan sendiri. Untuk menyesuaikan kondisi masyarakat pada waktu itu,
dibuatkan kitab -kitab berbentuk syair atau nadzam yang indah dan dilagukan
sedemikian rupa sehingga menarik minat pembaca dan pendengar, kertas putih,
tulisan merah, untuk setiap Al Qur'an, Al Hadits, Qoulul Ulama (perkataan
ulama) serta tiap kata awal dari syair (yang Mengilhami ditulisnya tulisan ini
dengan huruf merah pada awal paragraf) serta hitam untuk tulisan makna dan
komentar, penulisan ini sesuai dengan budaya bangsa sejak Sultan Agung Mataram
XVI dalam penulisan kitab-kitab Arab.Menciptakan kesenian terbang (rebana)
disertai dengan lagu-lagu, syair-syair, nadzam-nadzam yang diambil dari kitab
karangannya, sehingga terbangan itu di sebut Jawan. Terbangan itu dimanfaatkan
untuk mengingat pelajaran, hiburan pada saat ada hajatan dan
sekaligus mengantisipasi budaya asing yang
merusak. Budaya itu sengaja dibawa Belanda ke Indonesia untuk melawan budaya
tanah air yang diwariskan oleh nenek moyang kita yang muslim dan mukmin.Pindah
Ke Kalisalak rupanya pemerintah kolonial merasa khawatir terhadap gerakan
keagamaan Haji Ahmad Rifai itu berkembang di daerah kendal dan sekitarnya,
karena gerakan yang semula dirintangi itu ternyata makin banyak pengikutnya
dari daerah lain. Diduga kekhawatiran pemerintah Belanda terhadap gerakan Ahmad
Rifai ini, diilhami oleh kekhawatiran pemerintah kolonial akan munculnya
kembali pemberontakan, seperti terjadinya Perang Diponegoro di Jawa Tengah pada
1825 - 1830.Pemerintah tidak mau lagi jatuh kedua kalinya dalam satu lubang.
Sebelum Mubalig Ulung lebih jauh melangkah, pemerintah kolonial mengambil
langkah mengasingkan ulama kharismatik ini ke luar Kendal, tidak lain agar
gerakan beliau terhambat dan tidak berkembang. Atas kenyataannya ini kemudian
ia memilih tempat tinggal di Kalisalak sebagai basis perjuangannya.
Langkah ini ditempuh karena
Kalisalak merupakan daerah strategis untuk medan dakwah dan memudahkan kontak
hubungan dengan semua pihak dari berbagai wilayah di Jawa Tengah dan Jawa
Barat. Pada umumnya masyarakat disana kaum petani yang pengetahuan agamanya
perlu disempurnakan. Selain itu para murid yang pernah mendapat latihan mental
waktu di Kendal adalah dari Karisidenan Pekalongan, di samping Karisidenan
lain, seperti Maufuro Batang, Abu Ilham Batang, Abdul Azis Wonosobo, Abdul
Hamid Wonosobo, Abdul Qohar Kendal, Muhammad Thuba Kendal, Imamtani
Kutowinangun, Muh Idris Indramayu, Muharrar Purworejo, Mukhsin Kendal, Mas
Suemodiwiryo Salatiga, Abdullah ( Dolak ) Magelang, Abu Hasan Wonosobo, Abu
Salim Pekalongan, Abdul Hadie Wonosobo, Tawwan Tegal, Asnawi Pekalongan, Abdul
Saman Kendal, Abu Mansyur Wonosobo, Abdul Ghani Wonosobo, Muhammad Hasan
Wonosobo, Muhammad Tayyib Wonosobo, Ahmad Hasan Pekalongan, Nawawi Batang , Abu
Nawawi Purwodadi.Mereka itulah kader-kader Mubaligh tangguh yang berjasa
mengembangkan pemikiran Haji Ahmad Rifai ke daerah - daerah Jawa Tengah dan
Jawa Barat.
Ketika Haji Ahmad Rifai
berada di Kendal sempat menuklahkan putranya, Fatimah Alias Umroh dengan lurah
Pondok, Maufuro bin Nawawi, Keranggonan ( sekarang Karanganyar ) Kecamatan
Limpung. Setelah meninggalkan kota Kendal, Haji Ahmad Rifai sementara tinggal
di rumah Kiai Maufuro menantunya.Tidak lama kemudian Haji Ahmad Rifai menikahi
janda Demang Kalisalak Alm Martowidjojo namanya Sujainah lalu ia hidup bersama
istrinya di Kalisalak.Di Kalisalak pada mulanya Kiai Haji Ahmad Rifai
menyelenggarakan pengajian untuk anak-anak. Namun lembaga itu kemudian
berkembang menjadi majelis pendidikan yang mencakup pula orang-orang dewasa,
baik laki-laki maupun perempuan. Satu hal yang menyebabkan pengajian haji Ahmad
Rifai cepat terkenal adalah metode terjemahannya, baik Al-Quran, Al-Hadits
maupun kitab-kitab karangan ulama Arab dan Aceh lebih dahulu diterjemahkan ke
dalam bahasa Jawa sebelum diajarkan kepada para murid, bahkan kelihatan sebagai
kewajiban yang ditempuh secara sadar,seperti yang tersirat di dalam satu bait
kitab Ri'ayatal Himmah karya Haji Ahmad Rifai, sebagai berikut:
“ Wajib saben alim adil
nuliyan narajumah kitab Arab rinetenan supoyo wong jawi akeh ngerti pitutur
saking Qur'an lan kitab - kitab Arab jujur kaduwe wong awam enggal ngerti
milahur ningali kitab Tarjamah jawi pitutur.”
“ Artinya: Diwajibkan bagi
setiap alim adil ( ulama akhirat ) untuk menerjemahkan kitab Arab, agar orang
jawa lebih mengerti ajaran dari Al Quran dan kitab-kitab Arab ( Hadits dan
Ulama ) dengan benar sehingga orang awam mengerti dan segera melaksanakannya.”
melihat ( membaca dan mempelajari )
kitab Tarjumah jawa sebagai ajaran. karena metodenya yang tepat manfaat maka
tak mustahil pengajian Ahmad Rifai cepat berkembang. Para muridnya datang dari
daerah yang dekat saja seperti Kendal, Batang dan Pekalongan tetapi juga
berasal dari Kedu , Wonosobo, Magelang , Banyumas, Kerawang, Indramayu dan
lainnya . Dan intensitas pengajaran tauhid , fiqih dan tasawuf rasional yang
dijalankan oleh Haji Ahmad Rifai yang menyebabkan perbedaan antara tradisi
keliru yang telah mapan dengan pemikiran barunya . Mendirikan Pesantren Kiai
Haji Ahamd Rifai mendirikan lembaga pendidikan pondok pesantren di Kalisalak
Batang . Sistem pengajaran yang menggunakan terjemahan bahasa jawa untuk
memahami ajaran - ajaran islam , mendorong bertambahnya murid pesantren yang
berdatangan dari berbagai daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sementara waktu
itu kebiasaan di pondok pesantren masih berlaku pengajian kitab - kiatb
berbahasa Arab saja , dan masih asing terhadap kitab kitab terjemahan. Menurut
DR. [Karel A. Steenbrink] ( Sarjana Belanda ) bahwa di dalam sejarah dakwah ,
Ahmad Rifai bisa dianggap hampir satu - satunya tokoh yang bisa memberikan
uraian tentang agama Islam tanpa memakai idiom - idiom Arab dan mampu mengarang
kitab dalam bahasa yang menarik karena memakai bentuk syair. Metodologi yang
digunakan dalam pengajarannnya menggaunakan empat tahapan. Keempat tahapan itu
adalah:
Tahapan Pertama ; Seorang
santri harus belajar membaca kitab Tarojumah terbatas pada tulisan Jawa. Sistem
pengajaran ini dinamakan ngaji irengan , mengejakan satu persatu huruf kemudian
merangkum menjadi bacaan atau kalimat, tingkatan ini merupakan awal di dalam
cara membaca kitab Tarojumah . Disamping itu para Santri harus menghafal syarat
rukun iman, dan islam, ibadah salat dan wiridan " Angawaruhi Ati
Ningsun.......!" atau " Sahadat Loro". Setelah Salat fardlu,
diwajibkan mengikuti praktek Salat yang dipimpin oleh lurah -pondok yang
bersangkutan.
Tahapan Kedua ; Mengaji dalil
- dalil Al - Qur'an , Hadist dan Qoulul Ulama', yang terdapat di Kitab
Tarojumah. Dalam Tahapan ini Seorang Lurah pondok harus menguasai ilmu tajwid
Al - Qur'an dan mampu mengaplikasikannya dalam bacaan Al-Qur'an dengan benar.
Pengajian tahap ini disebut ngaji abangan karena memang tulisan Arab untuk
dalil adalah berwarna merah atau ABANG atau disebut juga ngaji dalil karena
hanya dalil saja yang dibaca. Di samping itu santri harus hafal dan bisa serta
paham tentang Syarat - Rukun Puasa dan Shalat.
Tahapan Ketiga ; Mengaji
dalil dan makna jadi satu dari kitab - kitab Tarojumah , tahapan ini dinamakan
ngaji lafal makno ( belajar menerjemahkan tiap kata dalil / kalimat dalil
dengan bahasa jawa yang ada dibawah dalil itu ) , disini para santri
membutuhkan kejelian dalam mencari arti.
Tahapan Keempat ; Seorang
santri diajak memahami maksud yang terkandung dalam kitab - kitab Tarojumah ,
karena hampir setiap kalimat mempunyai makna harfiah dan tafsiriah yang
tentunya membutuhkan keterangan dan pemahaman yang dalam.
Kitab - kitab Tarojumah
disusun dengan formula lengkap : Kamaknanan , Kamurodan , Kasarahan ,
Kamaksudan Dan Kapertelanan , atau dengan kata lain ngaji maksud , ngaji sorah
, ngaji bandungan , atau ngaji sorogan. Pengajian ini berupa pembacaan dan
penerangan isi kandungannya dan dilakukan oleh Syaikhina Haji Ahmad Rifai
sendiri dihadapan para santri dan murid pilihan kemudian mereka satu persatu
memcoba menirukan seperti apa kata beliau . Dalam pengajian ini diajarkan pula
oleh ulama' itu tentang ilmu dan amalan kesunahan yang tidak tertulis di dalam
kitab - kitab Tarojumahnya. Kitab - Kitab Tarojumah Karangannya Kitab -kitab
karya Kiai Haji Ahmad Rifai di Jawa yang dapat diketahui pasti ada 62 buah
judul kitab rangkuman berbagai soal keagamaan yang diambil dari Al - Qur'an dan
Al - Hadits dan kitab - kitab bahasa Arab karangan ulama' - ulama' terdahulu
yang diterjemahkan secara bebas kedalam bahasa Jawa , karenanya disebut
Tarajumah , berisi ilmu Tauhid , Fiqih dan Tasawuf , memakai huruf Arab Jawa
Pegon, sebagian besar berbentuk nadzam ( puisi tembang ), setiap empat baris
dengan akhiran sama dan sebagian lagi natsar ( prosa ) atau natsrah ( nadzam
dan natsar sekaligus ) , selain itu ada juga yang berbentuk miring yang disebut
Tanbih Rejeng.
Karya Tulis
Kitab - Kitab Yang Disusun Di Pulau Jawa Ada 62
:
1. Risalah Berisi Fatwa - fatwa Agama ( 1254 H
)
2. Nasihatul 'Awam , Berisi Nasihat kepada
masyarakat / awam ( 1254 H )
3. Syarihul Iman, Berisi Bab Iman , Islam ,
Ihsan dan barang ta'alu' ( 1255 H )
4. Taisir , Berisi Ilmu Salat Jumat ( 1255 H )
5. 'Inayah , Berisi Bab Khalifah Rosullulloh (
1256 H )
6. Bayan , Berisi Ilmu meteodologi mendidik dan
mengajar ( 1256 H )
7. Jam'ul Masail , Berisi Bab 3 Ilmu Agama (
1256 H )
8.
Qowa'id , Berisi Bab Ilmu Agama ( 1257 H )
9.
Targhib , Berisi Bab Makrifatulloh ( 1257 H )
10.
Thoriqot Besar , Berisi Bab Hidayatulloh ( 1257 H )
11.
Thoriqot Kecil , Berisi Bab Thariqotulloh ( 1257 H )
12.
Athlab , Berisi Bab Mencari Ilmu Pengetahuan ( 1259 H )
13.
Husnul Mitholab , Berisi 3 Ilmu Agama ( 1259 H )
14.
Thulaab , Berisi Bab Kiblat Salat ( 1259 H )
15.
Absyar , Berisi Bab Kiblat Salat ( 1259 H )
16.
Tafriqoh , Berisi Bab Kewajiban Mukalaf ( 1260 H )
17.
Asnal Miqosod , Bab 3 Ilmu Agama ( 1261 H )
18.
Tafsilah , Berisi Bab Kemantapan Iman ( 1261 H )
19.
Imdaad , Berisi Masalah Dosa Takabur ( 1261 H )
20.
Irsyaad , Berisi Bab Ilmu Manfaat ( 1261 H )
21.
Irfaq , Berisi Bab Iman , Islam , dan Ihsan ( 1261 H )
22.
Nadzam Arja Safa'at , Berisi Hikayat Isro' Mi'roj Nabi Sol'Am ( 1261 H )
23.
Jam 'ul Masail , Berisi Bab Fiqih dan Tasawuf ( 1261 H )
24.
Jam'ul Masail , Berisi Bab Tasawuf ( 1261 H )
25.
Tahsin , Berisi Bab Fidyah Salat Dan Puasa ( 1261 H )
26.
Showalih , Berisi Kerukunan Umat Beragama ( 1262 H )
27.
Miqshadi , Berisi Bab bacaan Al Fatihah ( 1262 H )
28.
As'ad , Berisi Bab Iman dan Ma'rifatulloh ( 1262 H )
29.
Fauziah , Berisi Bab Jumalah Maksiat ( 1262 H )
30.
Hasaniah , Berisi Bab Fardlu Mubadarah ( 1262 H )
31.
Fadliyah , Berisi Bab Dzikrulloh ( 1263 H )
32.
Tabyanal Islah , Berisi Bab Nikah Tholaq Rujuk ( 1264 H )
33.
Abyanal Hawaij ,Berisi 3 Bab Ilmu Agama (Ushul-Fiqih Tasawuf)(1265H)
34.
Takhirah Mukhtasar , Berisi Bab Iman Islam ( 1266 H )
35.
Ri'ayatal Himmah , Berisi Bab 3 Ilmu Agama ( 1266 H )
36.
Tasyrihatal Muhtaj , Berisi Masalah Mu'amalah ( EKSOS ) ( 1266 H )
37.
Kaifiyah , Berisi Bab Tata Cara Salat ( 1266 H )
38.
Misbahah , Berisi Bab Dosa Meninggalkan Salat ( 1266 H )
39.
Ma'uniyah , Berisi Sebab Jadi kafir ( 1266 H )
40.
'Uluwiyah , Berisi Bab Takabur karena Harta ( 1266 H )
41.
Rujumiyah , Berisi Bab Salat Jum'ah ( 1266 H )
42.
Mufhamah , Berisi Bab Mukmin dan Kafir ( 1266 H
43.
Basthiyah , Berisi Bab Ilmu Syariat ( 1267 H )
44.
Tahsinah , Berisi Bab Ilmu Tajwid ( 1268 H )
45.
Tadzkiyah , Berisi Bab Menyembelih Binatang ( 1269 H )
46.
Fatawiyah , Berisi Bab Cara Berfatwa Agama ( 1269 H )
47.
Samhiyah , Berisi Bab Salat Jum'ah ( 1269 H )
48.
Rukhsiyah , Berisi Bab Salat Jama' - Qosor dan Salat Musafir ( 1269 H )
49.
Maslahah , Berisi Bab Pembagian Warisan Islami ( 1270 H )
50.
Wadlihah , Berisi Bab Manasikh Haji ( 1272 H )
51.
Munawirul Himmah , berisi Bab Wasiat Kepada Manusia ( 1272 H )
52.
Surat kepada R. Penghulu Pekalongan ( 1273 H )
53.
Tansyirah , 10 Wasiyat Agama ( 1273 H )
54.
Mahabbatulloh , berisi Bab Nikmatulloh ( 1273 H )
55.
Mirghabut Tha'ah* , Berisi Iman dan Syahadah ( 1273 H )
56.
Hujahiyyah , Berisi Bab Tata Cara Berdialog ( 1273 H )
57.
Tashfiyah , Bab Makna Fatihah ( 1273 H )
58.
500 Tanbih Bahasa Jawa , ( 1273 H )
59.
700 Nadzam Do'a dan Jawabannya ( 1270 - 1273 H )
60.
Puluhan Tanbih Rejeng , Masalah Agama ( 1273 H )
61.
Shihatun Nikah , Mukhtashar Tabyanal Islah ( 1270-an H )
62.
Nadzam Wiqoyah ( 1270 -an H )
Kitab -
Kitab , Surat Wasiat dan Tanbih Yang Disusun Di Ambon
1.
Targhibul Mathlabah , Berisi Bab Ushuliddin ( 1274 H )
2.
Kaifiyatul Miqshadi , Berisi Bab Fiqih ( 1275 H )
3.
Nasihatul Haq , Bab Tasawuf ( 1275 H )
4.
Hidayatul Himmah , Bab Tasawuf ( 1275 H )
5.
60 Buah kitab Tanbih bahasa Melayu ( 1275 H )
Surat
Wasiat Kepada Maufuro Dan Murid - Murid Lainnya ! ( 1275 H )
Perlu diketahui bahwa kitab
Tanbih terdiri dari tiga halaman folio sebanyak 114 baris nadzam dan di dalam
setiap tanbih membahas satu masalah agama yang berbeda dengan yang lain , berarti
dalam 500 tanbih terdapat 500 judul. Kalau tiap satu tanbih dapat dihitung
sebuah kitab , maka kitab - kitab karangan syeikhina Kiai Haji Ahmad Rifai ada
562 Kitab yang dikarang di Pulau Jawa saja, kitab - kitab yang dikarang di
Ambon yang terdiri dari 60 Tanbih dan 4 kitab bahasa melayu serta dua surat
wasiat kepada Maufuro, jadi kalau ditotal semua karangan Guru Besar Tarajumah
ada 627 buah kitab. Adapun data mengenai nama kitab, tahun selesai dikarang,
dan kandungan bersumber pada : Jadwal Kitab yang disusun oleh Kiai Ahmad
Nasihun bin Abu Hasan Paesan tengah Kedungwuni Pekalongan ( 1966 M ) ; Kitab - kitab karangan Kiai Haji Ahmad Rifai
dipulau Jawa Buku Sejarah Nasional karangan Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo ,
Nugroho Notosusanto dkk. Masa Akhir Perjuangan Beliau Di Pulau Jawa.
Tahun 1272 H ( 1856 ) adalah
merupakan tahun permulaan krisis bagi gerakan Syeikhina Kiai Haji Ahmad Rifai .
Hal ini disebabkan hampir seluruh kitab karangan ( dan Hasil tulisan tangan
beliau ) disita oleh pemerintah Belanda , disamping itu para murid dan Ahmad
Rifai sendiri terus - menerus mendapat tekanan Ratu Kafir Tanah Jawa ( RKTJ
Bukan GITJ ) yaitu Belanda . Sebelum Haji Ahmad Rifai diasingkan dari kaliwungu
Kendal Semarang , tuduhan yang dikenakan hanyalah persoalan menghasut
pemerintah Belanda dan membawa Haji Ahmad Rifai dipenjara beberapa hari di
Kendal , Semarang dan terakhir di Wonosobo .Maka selama di Kalisalak
persidangan panjang dialaminya , menghasut , mendoktrin jamaah membuat Syair -
Syair protes dan beberapa Kitab yang isinya menyinggung Anti kolonial Belanda
dan Kroni - kroninya serta mengkader pejuang pejuang militan di Pesantrennya
adalah selalu menjadi tuduhannya. Tuduhan itu dari wedono Kalisalak yang meminta
agar Haji Ahmad Rifai diasingkan dari Kalisalak ternyata tidak bisa dibuktikan
sebagaimana dalam surat keputusan kelima dari Gubernur Jenderal Duymaer Van
Twist yang dibuat pada tanggal 2 Juli 1855 menyatakan bahwa seluruh tuduhan
terhadap Haji Ahmad Rifai belum bisa dibuktikan , dan perlu diperiksa dalam
persidangan biasa . Untuk sementara waktu perkara tersebut ditutup.
Pada tahun 1856 Jendral
Albertus Jacub Duymaer Van Twist oleh Jendral Charles Ferdinand Pahud, Wedono
Kalisalak memandang perlu untuk mengangkat kembali permasalahan pengasingan
Kiai Haji Ahmad Rifai , namun ternyata jendral Pahud pun menyatakan menolak
sebagaimana yang ditulis dalam suratnya tertanggal 23 November 1858. Akan
tetapi tekad dan dendam Iblis Wedono Kalisalak tidak berhenti sampai disini ,
Dia menulis surat kepada Bupati Batang tertanggal 19 April 1859 No.1 A yang
isinya diteruskan ke Karisidenan Pekalongan oleh bupati Batang pada tanggal 24
April 1859 No.29 . Inti surat tersebut isinya adalah sebagaimana bunyi surat
yang pernah dikirim sebelumnya tertanggal 9 November 1858 No.578 dan 5 November
1858 No.700, mengigat belum juga mendapat perhatian dari Residen Pekalongan,
maka diperjelas lagi dengan suratnya tertanggal 29 April 1859. Selain itu pada
tanggal 30 April 1859 Residen Pekalongan menulis surat kepada Buiten Zorg di
Bogor yang isinya agar Kyai Haji Ahmad Rifai disidangkan ke pengadilan dan
diasingkan dari Kalisalak. Pada tanggal 6 Mei 1859 secara resmi Haji Ahmad
Rifai dipanggil Residen Pekalongan Franciscus Netscher untuk pemeriksaan
terakhir dan syarat untuk memenuhi pengasingan ke Ambon. Sejak tanggal 6 Mei
1859 Haji Ahmad Rifai sudah tidak diperkenankan kembali ke rumah lagi untuk
menunggu keberangkatan pengasingan hingga tanggal 9 Mei 1859, berdasarkan surat
keputusan No.35 tertanggal 19 Mei 1859 K.H. Ahmad Rifai meninggalkan jamaah
beserta para keluarganya karena mulai hari itu beliau diasingkan di
Ambon,Maluku.
Setelah dua tahun Haji Ahmad
Rifai di Ambon beliau telah mengirim kitab sebanyak empat buah dalam bahasa
Melayu dan 60 buah judul Tanbih berbahasa Melayu juga surat wasiat tertanggal
21 Dzulhijjah 1277 H kepada menantunya Kyai Maufura bin Nawawi di Keranggongan,
Batang yang isinya agar para muridnya beserta keluarganya jangan sekali-kali
taat pada pemerintah Belanda dan orang-orang yang berkolaborasi dengannya.
Setelah di Ambon Haji Ahmad Rifai bersama Kyai Modjo dan 46 ulama lainnya
dipindahkan ke kampung Jawa Tondano, Manado, Sulawesi Utara karena ia bersama
ulama-ulama Tarojumah menganggap perlu lahirnya organisasi Rifaiyah secara
nasional , dan dia tinggal disana untuk menanti panggilan dari sang Robb,
Beliau wafat dengan tenang sebagai " Pahlawan Islam dan bukan Pahlawan
Nasional" pada Kamis 25 Robiul Akhir 1286 H (usia 86 tahun) , ada riwayat
lain yang mengatakan beliau wafat pada 1292 H (92 tahun, semoga yang ini benar,
karena itu berarti beliau panjang umur) di kampung Jawa Tondono Kabupaten
Minahasa, Manado Sulawesi Utara dan dimakamkan dikomplek makam pahlawan kiai
Modjo disebuah bukit yang terletak kurang lebih 1 km dari kampung Jawa Tondano
(Jaton).
Tanbihun, wong kafir melebu negoro
Islam
Dadi raja negoro Jawi wus dawam
Iku satrune mukmin khas lan awam
Iku fardhu ain diperangi kafaham
Ngelawan raja kafir kinawaruhan
Ratu Islam maring raja kafir anutan
Bupati Demang Ngawula asih-asihan
Maring raja kafir anut parintahan.
Artinya:
Peringatan, orang kafir masuk
negara Islam
Menjadi raja negara Jawa cukup lama
Itu adalah musuhnya orang mukmin
Adalah fardu `ain untuk diperangi
Melawan raja kafir harus diketahui
Ratu Islam sama menganut raja kafir
Bupati, demang sama-sama mengabdi
Kepada raja kafir seraya mengikuti perintahnya
By MDR Al-HIDAYAH SEDAYU Sumber : http://empusuposedayu.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar